Pertama : Mengetahui maknanya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada sesembahan yang hak selain Allah” (QS. Muhammad : 19)
Di dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengetahui laa ilaaha illallaah. Dan ayat ini juga berlaku bagi kita sebagai umat yang harus meneladaninya. Maka kita juga harus memahami makna laa ilaaha illallaah yaitu tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Segala sesuatu yang diibadahi selain Allah adalah sesembahan yang batil. Orang yang meninggal dalam keadaan mengetahui makna laa ilaaha illallaah niscaya akan masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan (yang hak) selain Allah pasti masuk surga” (HR. Muslim)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan,
“…Sungguh mengherankan ada orang yang mengaku beragama Islam sementara dia sendiri tidak mengetahui tafsir kalimat ini, padahal orang-orang kafir yang bodoh saja mengetahuinya. Bahkan (lebih parah lagi) dia menyangka bahwa syahadat itu cukup dengan mengucapkan kata-kata saja tanpa keyakinan hati tentang kandungan maknanya. Orang yang cerdik diantara mereka bahkan ada yang mengira maknanya (kalimat tauhid) adalah : tiada yang mencipta, memberi rezki kecuali Allah, tiada yang mengatur segala urusan kecuali Allah. Oleh karenanya tidak terdapat kebaikan sama sekali pada diri seseorang yang orang-orang bodoh dari kaum kafir saja lebih paham darinya tentang kandungan makna laa ilaaha illallaah” (Kasyfu Syubuhaat, dinukil dari At Taudhihaat Al Kaasyifaat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, Syaikh Muhammad bin Abdullah Al Habdaan hal. 101)
Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullah mengatakan, “Maksud dari syahadat ini (laa ilaaha illallaah) adalah segala macam bentuk ibadah adalah hak yang harus ditunaikan kepada Allah saja, tidak ada sesuatupun selain-Nya yang berhak untuk mendapatkannya barang sedikitpun. Entah dia malaikat yang didekatkan, Nabi yang diutus, orang shalih, batu, pohon, matahari ataupun bulan. Oleh sebab itu tidak boleh diibadahi kecuali Allah saja. Tidak boleh meminta pertolongan supaya dihilangkan bahaya yang sudah menimpa kecuali kepada-Nya. Tidak boleh dimintai pertolongan kecuali Dia. Tidak boleh bertawakal kecuali kepada-Nya. Tidak boleh menjadi sasaran rasa takut dan harap (yang disertai ketundukan, pent) kecuali Dia. Sehingga barangsiapa yang memalingkan salah satu bentuk ibadah tersebut atau ibadah-ibadah yang lainnya kepada selain Allah maka sesungguhnya dia telah mempersekutukan Allah. dan barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh surga telah diharamkan baginya dan tempat tinggalnya adalah neraka. Dan tidak ada satu penolongpun bagi orang-orang zhalim (musyrik) itu.” (Mudzakkirah Hadits Nabawi)
Kedua : Meyakini isinya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang disebut orang-orang yang beriman hanyalah orang yang beriman kepada Allah kemudian tidak merasa ragu..” (QS. Al Hujuraat : 15)
Di dalam ayat ini Allah menyebut orang sebagai kaum beriman apabila mereka itu beriman kepada Allah kemudian tidak menyimpan rasa ragu-ragu. Ini menunjukkan keharusan untuk meyakini kebenaran syahadat. Seorang hamba yang bertemu Allah dalam keadaan meyakini makna dua kalimat syahadat pasti masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah ada seorang hamba yang bertemu Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini tanpa keraguan kemudian akan dihalangi masuk surga” (HR. Muslim)
Ketiga : Memurnikan ibadah hanya untuk Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah hanya milik Allah agama yang murni” (QS. Az Zumar : 3) Allah juga berfirman, “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan menjalankan agama yang lurus dengan ikhlas untuk-Nya” (QS. Al Bayyinah : 5) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah ikhlas hanya mengharapkan wajah Allah ‘azza wa jalla” (HR. Bukhari dan Muslim) Maka seorang yang bersyahadat harus meninggalkan semua peribadahan kepada selain Allah. Siapapun dia, baik itu nabi, malaikat, orang shalih apalagi batu dan pohon. Dengan demikian orang yang mengucapkan kalimat syahadat akan tetapi masih menyembah-nyembah kuburan wali maka syahadatnya tidak sah, keluar dari Islam alias murtad.
Keempat : Bersikap tulus dengan syahadatnya, tidak pura-pura
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan diantara manusia ada orang yang mengucapkan dengan lisannya Kami beriman kepada Allah dan hari akhir akan tetapi sebenarnya mereka bukan termasuk orang beriman” (QS. Al Baqarah : 8) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah ada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah dan Muuhammad adalah hamba dan utusan Allah dengan tulus dari dalam hatinya melainkan Allah pasti mengharamkan neraka bagi dirinya” (HR. Bukhari dan Muslim) Orang yang bersyahadat dengan lisannya akan tetapi hatinya mengingkarinya adalah orang yang munafik. Merekalah para pendusta yang diancam dengan siksa di kerak terbawah api neraka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apabila ada orang-orang munafik datang kepadamu mengatakan Kami bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Allah mengetahui kalau engkau memang benar-benar Rasul-Nya. Dan Allah bersaksi kalau sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah benar-benar tukang dusta” (QS. Al Munaafiquun : 1)
Kelima : Mencintai kandungan syahadat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu. Mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Sedangkan orang yang beriman lebih dalam cintanya kepada Allah” (QS. Al Baqarah : 165)
Salah satu syarat untuk bisa merasakan manisnya iman adalah lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya, sebagaimana tecantum dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas radhiyallahu’anhu. Orang yang tidak mencintai kandungan syahadat maka dia telah kehilangan sebuah syarat yang sangat penting. Karena kecintaan adalah poros ketaatan dan motor penggerak amal. Tanpa cinta seorang hamba tidak akan mau taat dan beramal kepada Tuhannya. Oleh karena itulah orang yang memendam kebencian terhadap makna dan konsekuensi laa ilaaha illallaah telah melepaskan simpul Islam dari dalam dirinya.
Keenam : Tunduk dan patuh kepada Allah ta’ala
Allah berfirman (yang artinya), “Dan kembalilah taat kepada Tuhanmu serta berserah dirilah kepada-Nya” (QS. Az Zumar : 54) Allah juga berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang memasrahkan wajahnya kepada Allah dan berbuat kebaikan maka dia sungguh telah berpegang teguh dengan buhul tali yang sangat kuat (laa ilaaha illallaah)” (QS. Luqman : 22)
Orang yang berserah diri kepada Allah pasti akan tunduk dan patuh kepada perintah dan larangan-Nya. Karena dia telah bersaksi Allah lah satu-satunya sesembahannya yang hak maka diapun harus tunduk dan patuh kepada-Nya. Orang yang mengucapkan syahadat tapi tidak mau tunduk beribadah kepada Allah maka syahadatnya tidak sah.
Ketujuh : Menerima isi kalimat tauhid
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang kafir itu apabila diperintahkan kepada mereka untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah maka mereka pun menyombongkan diri” (QS. Ash Shaaffaat : 35) Lihatlah sifat orang-orang kafir ini. Mereka tidak mau menerima isi kalimat tauhid. Mereka justru menyombongkan diri. Maka demikian pula orang yang mengaku Islam tetapi tidak mau menerima isi kalimat tauhid. Yaitu orang yang tidak mau menerima ketetapan bahwa segala ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. Atau tidak mau menerima keyakinan bahwasanya semua keyakinan yang bertentangan dengan isi laa ilaaha illallaah adalah batil. Maka pada hakikatnya orang seperti ini telah kehilangan salah satu syarat syahadat. Sehingga syahadatnya tidak sah alias keluar dari Islam, meskipun dia masih megucapkan syahadat itu setiap pagi dan sore, dan meskipun rumahnya dipenuhi dengan hiasan kaligrafi laa ilaaha illallaah !!
(bahan bacaan : At Tanbihaat Al Mukhtasharah Syarh Al Wajibaat, Syaikh Ibrahim bin Syaikh Shalih Al Khuraishi. Sudah ada terjemahnya berjudul ‘Penjelasan Hal-hal Yang Harus diketahui oleh setiap Muslim dan Muslimah’)